Ah…sekiranya
aku bisa, ingin seketika ada pada ruang yang membawa angan dan mimpi menjadi
indah dirasa. Sejenak ingin ku putar selaksa waktu yang telah menempa batin dan
jiwa ini hingga entah menjadi apa kini …apakah rapuh, atau justru malah lebur,
entahlah. Aku memang tak sesempurna yang kau kira. Bahkan mungkin jauh lebih
dari yang kau bayangkan, tak jauh lebih baik dari orang-orang yang membuatmu
berfikir lain dengan apa yang dilakukannya. Aku hanyalah insan biasa yang juga
punya banyak kekurangan. Meski kadang, ada pada saatnya, aku sekedar hanya
ingin merasakan indah cinta pada waktunya, atau sekedar hanya ingin berbagi
rasa sayang pada tempatnya.
Biarlah,
saat-saat itu menjadi bagian masa lalu yang telah mewarnai penggalan kisah
hidup ini. Mungkin, sekiranya saja aku masih berkesempatan untuk kembali pada
saat itu, sekira masih ada kesempatan untuk meminta kepada-Nya, aku ingin
sesuatu yang terbaik untuk semuanya, hingga ku berharap, kini atau esok, aku
tak terjaga lagi dari mimpi buruk yang mendera.
Aku
sadar, aku tak lebih dari seorang insan biasa yang memimpikan semua bisa
berjalan sebagaimana mestinya. Selayaknya mereka yang membina kasih sayang
& cinta pada tempatnya yang berhak. Atau menyungging senyum kebahagiaan tak
terkira dari goresan wajah cerianya. Menyulam hari dengan menyambut harapan
demi harapan yang terbias dari matahari pagi yang membawa selaksa hangatnya.
Menabur cinta dalam dekapan erat orang-orang terkasihnya.
Kini…aku
sadar, usia sudah bukan lagi alasan untuk tak berfikir bijak. Pahit dan getir
sudah selayaknya sesuatu hal yang tak luput untuk diperhitungkan. Bagaimanapun
juga kebahagiaan bukanlah harus mengiba, tapi sudah sepatutnya kucipta. Sepahit
apapun, hidup memang sebuah pilihan, dan semakin beranjaknya waktu, semakin ku
yakin, bahwasanya aku tak bisa untuk sanggup merangkul bahagia untuk semua. Aku
harus ingat, bahkan seorang terkasih-Nya pun tak pernah bisa untuk
membahagiakan para orang-orang yang sangat Dia cintai. Begitupun halnya aku
yang hanya seorang hamba yang lemah, insan yang begitu jauh, baik perilaku atau
sifat darinya.
Ya
Raab…sekiranya sepenggal harapan itu masih Kau tuturkan kepadaku. Sekiranya Kau
masih memberi kesempatan untuk ku rangkai kasih dengan seorang hambaMu yang
telah dengan setia membuatku tegar hingga saat ini. Maka tak akan kusia-siakan
ia. Akan ku tekadkan sepenuhnya hati ini. Akan kubangun tunas-tunas janji
kebahagiaan untuknya, menempatkannya pada altar tertinggi yang ku bangun atas
dasar rasa cintaku kepada-Mu & rasa sayangku kepadanya, merekahkan
mimpi-mimpi yang masih tersisa, dan menyemaikan angan terindah yang masih
menemani kesendirian dan waktu sepiku, hingga ia pantas untuk kujadikan pilar
kebahagiaan yang telah lama kudamba.
Namun,
jika sepenggal harapanpun sudah tak layak lagi ku terima, harapku …
tempatkanlah hatiku dalam kesabaran yang teramat sangat akan semua takdir yang
ku terima, dan janganlah Kau jauhkan kebagiaan darinya, karena sesungguhnya aku
teramat sangat menyayanginya, sungguh teramat jauh dari yang kupahami sendiri. Lalu,
berikanlah kesempatan agar jiwaku lepas bebas merangkai alur hidup yang masih
ada, meski harus berjalan di atas kehampaan.
Apapun yang
sudah, sedang, dan hendak terjadi. Kuasa-Mu lah diatas segalanya. Hatiku sudah
tertempa dengan berbagai dilema. Setidaknya…mungkin… aku berhak menerimanya.
02:23 / Kamis 13 Maret 2014
Muhammad Amin
0 komentar
Post a Comment