Thursday, March 13, 2014

Aku Hanya Insan Biasa


Ah…sekiranya aku bisa, ingin seketika ada pada ruang yang membawa angan dan mimpi menjadi indah dirasa. Sejenak ingin ku putar selaksa waktu yang telah menempa batin dan jiwa ini hingga entah menjadi apa kini …apakah rapuh, atau justru malah lebur, entahlah. Aku memang tak sesempurna yang kau kira. Bahkan mungkin jauh lebih dari yang kau bayangkan, tak jauh lebih baik dari orang-orang yang membuatmu berfikir lain dengan apa yang dilakukannya. Aku hanyalah insan biasa yang juga punya banyak kekurangan. Meski kadang, ada pada saatnya, aku sekedar hanya ingin merasakan indah cinta pada waktunya, atau sekedar hanya ingin berbagi rasa sayang pada tempatnya.
Biarlah, saat-saat itu menjadi bagian masa lalu yang telah mewarnai penggalan kisah hidup ini. Mungkin, sekiranya saja aku masih berkesempatan untuk kembali pada saat itu, sekira masih ada kesempatan untuk meminta kepada-Nya, aku ingin sesuatu yang terbaik untuk semuanya, hingga ku berharap, kini atau esok, aku tak terjaga lagi dari mimpi buruk yang mendera.
Aku sadar, aku tak lebih dari seorang insan biasa yang memimpikan semua bisa berjalan sebagaimana mestinya. Selayaknya mereka yang membina kasih sayang & cinta pada tempatnya yang berhak. Atau menyungging senyum kebahagiaan tak terkira dari goresan wajah cerianya. Menyulam hari dengan menyambut harapan demi harapan yang terbias dari matahari pagi yang membawa selaksa hangatnya. Menabur cinta dalam dekapan erat orang-orang terkasihnya.
Kini…aku sadar, usia sudah bukan lagi alasan untuk tak berfikir bijak. Pahit dan getir sudah selayaknya sesuatu hal yang tak luput untuk diperhitungkan. Bagaimanapun juga kebahagiaan bukanlah harus mengiba, tapi sudah sepatutnya kucipta. Sepahit apapun, hidup memang sebuah pilihan, dan semakin beranjaknya waktu, semakin ku yakin, bahwasanya aku tak bisa untuk sanggup merangkul bahagia untuk semua. Aku harus ingat, bahkan seorang terkasih-Nya pun tak pernah bisa untuk membahagiakan para orang-orang yang sangat Dia cintai. Begitupun halnya aku yang hanya seorang hamba yang lemah, insan yang begitu jauh, baik perilaku atau sifat darinya.
Ya Raab…sekiranya sepenggal harapan itu masih Kau tuturkan kepadaku. Sekiranya Kau masih memberi kesempatan untuk ku rangkai kasih dengan seorang hambaMu yang telah dengan setia membuatku tegar hingga saat ini. Maka tak akan kusia-siakan ia. Akan ku tekadkan sepenuhnya hati ini. Akan kubangun tunas-tunas janji kebahagiaan untuknya, menempatkannya pada altar tertinggi yang ku bangun atas dasar rasa cintaku kepada-Mu & rasa sayangku kepadanya, merekahkan mimpi-mimpi yang masih tersisa, dan menyemaikan angan terindah yang masih menemani kesendirian dan waktu sepiku, hingga ia pantas untuk kujadikan pilar kebahagiaan yang telah lama kudamba.
Namun, jika sepenggal harapanpun sudah tak layak lagi ku terima, harapku … tempatkanlah hatiku dalam kesabaran yang teramat sangat akan semua takdir yang ku terima, dan janganlah Kau jauhkan kebagiaan darinya, karena sesungguhnya aku teramat sangat menyayanginya, sungguh teramat jauh dari yang kupahami sendiri. Lalu, berikanlah kesempatan agar jiwaku lepas bebas merangkai alur hidup yang masih ada, meski harus berjalan di atas kehampaan. Apapun yang sudah, sedang, dan hendak terjadi. Kuasa-Mu lah diatas segalanya. Hatiku sudah tertempa dengan berbagai dilema. Setidaknya…mungkin… aku berhak menerimanya.

02:23 / Kamis 13 Maret 2014
Muhammad Amin 

Artikel Terkait

0   komentar

Post a Comment

Cancel Reply